Sabtu, 28 Juni 2014

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM KOMUNIKASI INTERNASIONAL



            Komunikasi internasional adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang di mana mewakili suatu negara untuk menyampaikan sebuah pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lainnya. Komunikasi internasional merupakan instrumen yang sangat penting dalam dinamika hubungan internasional. Pada saat yang bersamaan negara yang dituju tersebut memberikan reaksi, saat itulah komunikasi internasional berjalan. Berbagai peristiwa komunikasi internasional bisa dilandasi oleh motivasi yang berbeda-beda, dan bisa dilihat dari berbagai cara pandang yang berbeda pula. Demikian juga halnya dengan perkembangan bidang kajian komunikasi internasional. Dalam perkembangannya, tumbuh sejumlah pendekatan keilmuan yang memiliki “penggemarnya masing-masing.
Menurut Robert O. Angell, meskipun menganggap Komunikasi Internasional itu adalah komunikasi politik yang dilaksanakan oleh setiap bangsa/negara. Ia juga menganggap bahwa kunjungan atau perpindahan penduduk suatu negara ke negara lain misal seperti turis asing, bisnis internasional, sekolah, tugas belajar pada hakikatnya juga termasuk (bentuk) pelaksanaan Komunikasi Internasional. Termasuk Wilbur Schramm dalam pengantarnya di buku karangan W. Philips Davison dan Alexander L. George berjudul The Process and Effects of Massa Communication menyebut juga sebagai Komunikasi Internasional, walaupun beberapa kali menyebut dengan Komunikasi Politik Internasional. Hanya saja kedua pengarang tersebut menyebut secara jelas sebagai International Political Communication.

Letak perbedaan antara hubungan internasional dan komunikasi internasional yaitu pada sifat kecenderungan saling mempengaruhi, dimana ide suatu negara, kepentingan, kehendak dan upaya menguasai pikiran negara lain yang ditransfer dalam bentuk kemasan komunikasi dengan berbagai macam device dam motivasi, maka hubungan internasional telah beralih ke komunikasi internasional. Repotnya kedua istilah ini sering bercampur baur. Dalam komunikasi internasional kecenderungan interaksi lebih dipengaruhi oleh kebijaksanaan negara dalam memenuhi kepentingan negara tersebut. Bahkan wujud komunikasi antar bangsa lebih memicu kepada hubungan politik yang dikembangkan ke hubungan bidang-bidang lainnya
Komunikasi internasional sebagai sebuah bidang kajian memfokuskan perhatian pada keseluruhan proses melalui mana data dan informasi mengalir melalui batas-batas negara. Subyek yang ditelaah bukanlah sekedar arus itu sendiri, melainkan juga struktur arus yang terbentuk, aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, sarana yang digunakan, efek yang ditimbulkan, serta motivasi yang mendasarinya. Pendekatan yang digunakan bersifat makro, dengan aktor-aktor non-individual sebagai unit analisa, dan dekat dengan wilayah disiplin ilmu hubungan internasional atau ekonomi politik internasional. Lebih Jelasnya, komunikasi internasional juga adalah studi tentang berbagai macam Mass Mediated Communication antara dua negara atau lebih yang berbeda latar belakang budaya. Perbedaan latar belakang tersebut dapat berupa perbedaan ideologi, budaya, perkembangan ekonomi, dan perbedaan bahasa.
Komunikasi internasional dapat di tandai dengan tiga kriteria yang membedakannya dengan komunikasi yang lain, yaitu:
1.            Jenis isu, pesannya bersifat global.
2.            Komunikator dan komunikannya berbeda kebangsaan.
3.            Saluran media yang digunakan bersifat internasional.
Dengan kriteria demikian, komunikasi internasional dapat didefinisikan pula sebagai “sebuah komunikasi yang interaksi dan ruang lingkupnya bersifat lintas negara serta berlangsung di antara orang-orang yang berbeda kebangsaan dan memiliki jangkauan penyampaian pesan melintasi batas-batas wilayah suatu negara”.
Fokus studi komunikasi internasional pada awalnya adalah studi tentang arus informasi antar negara-negara dan dalam perkembangannya muncul studi tentang propaganda.
Fokus studi komunikasi internasional pada awalnya adalah studi tentang arus informasi antar negara-negara dan dalam perkembangannya muncul studi tentang propaganda. Adanya perubahan paradigma komunikasi internasional dari Free Flow Informationmanjadi Free and Flow Information menyebabkan mulai berkembangnya fokus studi komunikasi internasional antara lain studi tentang imperialisme media, globalisasi, privatisasi, era informasi.
Sejalan dengan berubahnya paradigma arus komunikasi internasional mulai muncul juga Global Communication Order atau yang kita kenal dengan “tata komunikasi dan informasi dunia baru”. Munculnya wacana ini dipicu dari bermunculannya pemimpin-pemimpin dunia ketiga yang mulai menyadari bahwa paradigma komunikasi internasional Free Flow Information ternyata bukanlah arus informasi bebas yang seimbang. Pada kenyataanya arus informasi bebas lebih berkembang menjadi arus utara ke selatan dan barat ke timur tetapi tidak ada arus informasi yang seimbang dari timur ke barat atau dari selatan ke utara.
Fenomena kontemporer mengenai komunikasi internasional yang dapat diamati saat ini, adalah bagaimana hubungan antarnegara kini semakin dinamis dengan perkembangan teknologi informasi. Banyak masalah antarnegara yang dibahas dalam bingkai komunikasi internasional, yang tidak melulu masalah politik dan keamanan. Masalah-masalah lingkungan hidup, kesejahteraan, kini juga menjadi masalah bersama di antara banyak negara. Bahkan terkadang terdapat satu masalah yang dibahas secara global oleh masyarakat dalam dialog global civil society, semisal masalah terorisme. Masalah ini bukan lagi notabene masalah pemerintah atau negara saja, tetapi telah menjadi masalah masyarakat.  
Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaan mayornya adalah bagaimana pendekatan dalam komunikasi internasional? Kemudian, minornya adalah Adakah perspektif tentang pendekatan dalam komunikasi? Apa yang menjadi kendala dalam pendekatan tersebut? Apa peranan pendekatan itu sendiri bagi suatu negara?
Terdapat empat pendekatan dominan dalam disiplin komunikasi internasional: idealistic-humanistic yaitu, sebagai alat mempersatukan bangsa-bangsa didunia, dan sebagai kekuatan untuk membantu organisasi interasional dalam melaksanakan pelayanan mereka terhadap komunitas dunia. Dalam pendekatan ini komunikasi internasional dilihat sebagai sarana bagi upaya peningkatan saling pengertian di antara bangsa-bangsa dan rakyatnya untuk menuju pada perdamaian dunia.
Interaksi antarnegara dipandang dalam pemenuhan funsi ideal tersebut. Demikianlah, arus wisatawan dari Negara maju ke Negara berkembang misalnya, dilihat sebagai sarana yang akan mewadahi perkenalan budaya antar masing-masing bangsa. Bantuan pendidikan yang diberikan kepada para pelajar Negara berkembang juga dilihat sebagai upaya untuk memperkenalkan pada mereka yang terelakang ini, nilai-nilai, kecakapan, dan segenap perangkat lainnya.
  Political proselytization yaitu, sangat berbeda dengan pendekatan pertama, pendekatan ini justru cenderung memfokuskan diri pada berbagai peristiwa komunikasi internasional di mana proses penyebaran pasar difungsikan sebagai sarana propaganda, konfrotansi ideologis, serta penciptaan mitos politik. komunikasi yang dikaji atau dirancang biasanya bercirikan arus komunikasi searah yang mensyaratkan semacam kekuasaan terpusat yang terorganisir. Komunikasi internasional ini dianggap diilhami oleh karakter otoritarian dan totalitarian tertentu yang memungkinkan adanya manipulasi terhadap manusia. Untuk berberapa dekade terakhir, komunikasi internasional ini cukup mendominasi hubungan antar Negara-negara di dunia, sebagaimana ditunjukan oleh propaganda Hitler ke Negara-negara tetangga, atau untuk contoh yang lebih “hangat, oleh penggunaan sarana-sarana komunikasi oleh pemerintah baik Amerika Serikat dan Uni Soviet kepada Negara-negara satelitnya untuk mempromosikan ideology mereka.
 Informasi sebagai kekuatan ekonomi yaitu, pendekatan yang berorientasi ekonomi keuntungan ekonomi bagi negara-negara maju. Jadi arus informasi dari Negara maju ke Negara berkembang, misalnya dilihat dalam konteks arti ekonominya pada salahsatu  atau masing-masing pihak. Ini dapat mencakup peristiwa-peristiwa komunikasi internasional yang jelas-jelas mewadahi pemasaran barang, seperti pengiklanan secara besar-besaran film-film Box Office Amerika Serikat di Negara-negara berkembang; atau pula berbagai peristiwa yang lebih “halus”, seperti kerjasama pembangunan internasional di bidang komunikasi.
Informasi sebagai kekuatan politik yaitu, menjadi arus informasi internasional ditempatkan dalam kaitannya dengan makna politis.  Sebagaimana pendekatan ketiga, informasi dalam beragam bentuknya diperlakukan sebagai komuditas yang tidak netral dan bebas nilai, melainkan mengandung arti politik. jadi arus informasi internasional ditempatkan dalam kaitannya dengan makna politisinya bagi masing-masing pihak yang terlibat.
Dalam keseluruhan studinya, Davison dan George melihat bahwa antara komunikasi internasional dan politik internasional adalah merupakan suatu kesatuan yang bulat. Walaupun mereka menyatakan juga bahwa komunikasi dalam hal ini hanya merupakan alat saja dari politik internasional. Tetapi studi kedua ahli ini mempunyai kelemahan yaitu harus ada pembedaan yang jelas antara keduanya karena pembedaan itu sebenarnya bisa dilakukan. Karena justru malah menjadi kerancuan bila kedua bidang ini disamakan. Secara umum komunikasi internasional adalah suatu spesialisasi dari komunikasi massa, walaupun bentuk dan isi pesan bisa apa saja termasuk politik internasional (MO. Palapah). Tapi mempelajari perbandingan Davison dan George ini justru diharapkan dapat menjelaskan perbedaan komunikasi internasional dan politik internasional. Artinya teori kedua pakar ini tetap penting sebagai perbandingan apalagi kaitannya dengan communication policy dan tidak sekadar international political communication.
Komunikasi internasional dapat dipelajari dari tiga perspektif yaitu perspektif diplomatik, jurnalistik, dan propogandistik. Dalam perspektif diplomatik, komunikasi internasional lazimnya dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil. Jalur diplomatik atau komunikasi langsung antara pejabat tinggi negara lebih banyak dipergunakan untuk memperluas pengaruh dan mengatasi ketidaksepakatan, salah pengertian ataupun pertentangan dalam masalah tujuan dan kepentingan setiap negara untuk memperteguh keyakinann dan menghindari konflik. Disini, terasa betapa pentingnya teknik komunikasi diplomatik serta perlunya tradisi komunikasi diplomatik diantara negara berdaulat dalam meletakkan jalur utama komunikasi internasional untuk tujuan-tujuan perdamaian dunia yang lebih mantap. Dengan demikian, komunikasi internasional diplomatik ditempuh untuk mengembangkan dan memelihara hubungan bilateral atau multilateral atau untuk memperkuat posisi tawar menawar ataupun untuk meningkatkan reputasi.
F. Rachmadi mengangkat konsep pemikiran bahwa hubungan politik pada hakikatnya adalah hubungan diplomatik yang dijadikan wahana untuk memperjuangkan kepentingan masing-masing negara nasional.
Tentang hubungan diplomatik sendiri Robert F. Delancy mendefinisikan sebagai : Public diplomacy hjas been defined as the ways in which both governments and private individuals and group influence directly or indirectly those public attitudes and opinions which bear directly on other governments, foreign policy decisions”.
Dalam perspektif jurnalistik, komunikasi internasional dilakukan melalui saluran media massa dan cetak dan elektronik. Arus informasi yang bebas dan terbuka dari negara-negara maju yang datang melalui media tersebut saat ini dinilai lebih merugikan negara-negara berkembang.
Arus semacam ini tidak mencerminkan adanya mutual respect antara kedua kubu negara tersebut. Komunikasi internasional dengan penyebaran informasi satu arah menunjukkan betapa negara maju telah mendominasi komunikasi internasional. Komunikasi semacam ini telah dijadikan pula oleh negara-negara maju sebagai alat kontrol terhadap kekuatan sosial yang dikendalikan oleh kekuatan politik dam percaturan politik internasional. Karena negara maju memiliki fasilitas komunikasi yang lengkap dan canggih serta sistem yang terus dikembangkan secara mantap, terpaan informasi dari mereka menjadi demikian kuat. Itulah sebabnya, sebagian negara berkembang yang masih jauh tertinggal, mereka menghendaki pengaturan seperti yang disebut ‘Tata Informasi Baru (New Information Order)’. Disini peran negara stimulaltor yang netral sangat diperlukan dan bahkan menjadi begitu penting karena ia bertibdak sebagai gatekeeper yang mengontrol arus komunikasi yang sering berisi gagasan-gagasan baru.
Negara-negara maju berpendapat bahwa kebebasan informasi merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan internasional. Namun, negara-negara berkembang menganggap hal itu sebagai upaya mempengaruhi proses penerapan kebijakan intranegara, jika tidak merupakan suatu pelanggaran kedaulatan. Inilah yang ditakuti oleh negara-negara berkembang dan jika mereka tidak mampu membendung arus informasi dari luar seperti itu, maka tidak mustahil akan timbul kekuatan untuk merebut kekuasaan atau melahirkan gangguan atau ketidakstabilan.
Dalam perspektif propagandistik bidang komunikasi internasional lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain dan dipacu demikian kuat agar mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan tindakan. Tujuan ini mencakup perolehan dan penguatan dukungan rakyat dan negara sahabat., mempertajam atau mengubah sikap dan cara pandang terhadap suatu gagasan atau suatu peristiwa atau kebijakan luar negeri tertentu, pelemahan atau peruntuhan pemerintah asing atau penggagalan kebijakan serta program nasional negara tidak bersahabat, serta netralisasi atau penghancuran propaganda tidak bersahabat dari negara atau kelompok lain.
Propaganda memang instrumen yang paling ampuh untuk memberikan pengaruh. Apabila terdapat kesatuan psikologi dalam komunikasi internasional, satu opini publik dalam suatu negara yang cocok dengan opini publik negara lain bisa saja berintegrasi menjadi opini internasional dan selanjutnya akan merupakan polar yang terpisahkan oleh perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan latar belakang ideologi, sejarah, sosial, dan faktor-faktor lain dari suatu negara.    Banyak aspek dalam kehidupan internasional mengalami perubahan karena komunikasi internasional yang dilakukan antarnegara lebih ditujukan untuk mengubah kondisi hubungan yang menyimpan berbagai ketegangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya kearah persuasi. Selanjutnya, setiap kesempatan selalu terbuka dan media komunikasi selalu tersedia untuk digunakan dalam menyampaikan pesan, harapan, kehendak, atau bahkan ancaman. Pada konfrensi pers, pertemuan politik, para pejabat negara bertukar pandangan  dalam urusan domestik dan kepeduliannya tentang berbagai isu internasional. 
Masalah yang menjadi himbauan masyarakat internasional memang begitu luas, rumit, dan kompleks. Adanya konflik kepentingan antara satu negara dengan negara lain seharusnya membuat semakin penting arti komunikasi internasional untuk mempertemukan, atau paling tidak untuk menjembatani konflik kepentingan tersebut dan memperkuat hubungan internasional yang sudah terjalin.  Negara maju berpendapat bahwa kebebasan informasi merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan internasional. Namun, negara berkembang menganggap hal itu sebagai upaya mempengaruhi proses penerapan kebijakan intranegara, jika tidak merupakan suatu pelanggaran kedaulatan. Hal ini menjadi sangat ditakuti oleh negara berkembang, dan jika arus informasi mampu dibendung maka tidak mustahil akan timbul kekuatan untuk merebut kekuasaan atau melahirkan gangguan atau ketidakstabilan.
Selama ini, propaganda memang diakui merupakan instrumen yang paling ampuh untuk memberikan pengaruh. Apabila terdapat kesatuan psikologis dalam komunikasi internasional, satu opini publik dalam suatu negara yang cocok dengan opini publik negara lain bisa saja berintegrasi menjadi opini internasional dan selanjutnya akanmerupakan polar yang terpisahkan oleh perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan latar belakang ideologi, sejarah, sosial dan faktor-faktor lain dari suatu negara.
Lebih jauh tentang propaganda akan diuraikan singkat pemahaman akan propaganda. Dari sejarah propganda sebenarnya tidaklah negatif karena istilah ini pertama kali digunakan oleh Paus Gregorius XV tahun 1622 dan atau oleh Paus Urbanus VIII tahum 1633 untuk menanamkan suatu badan atau organisasipenyebaran agama Katolik. Untuk istilah politik mula pertama digunakan oleh Napoleon Bonaparte dan Mrs. Harriet Beecher Stove adalah orang pertama yang menggunakan istilah ini di bidang sosial.
Lenin mengatakan bahwa propaganda adalah mengemukakan banyak pikiran yang menrangkan masalah khusus. Leonard W. Doob berpendapat bahwa propaganda is a systematic attempt by a interested individual individual (or individuals) to control the attitudes of group of individuals through the use of suggestion and consequently their actions. Sebanarnya banyak pengertian tentang propaganda minimal kita memahami bahwa propaganda adalah suatu spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk menanamkan pandangan, sentimen dan atau penilaian atas dasar sugesti.
Tujuan propaganda sendiri menurut Herbert Blumer adalah hendak menciptakan keyakinan dan mendorong diadakannya suatu aksi atas dasar keyakinan itu. Sementara dalam operasinya ada beberapa syarat :
1.      Dalam rangka menanamkan pandangan atau sikap perlu upaya untuk menarik perhatian
2.      Untuk menarik perhatian haruslah diberi ‘kerangka yang baik dan mengikat’
3.      Harus ada pengulangan secara terus menerus
4.      Memberikan desakan-desakan yang kukuh
Selanjutnya adanya objek propaganda yang berbeda yang saling bertentangan atau secara teknis akan menimbulkan adanya ‘propaganda dan kontra propaganda’, karena itu maka setiap propagand selalu ditawarkan sebagai suatu grup propaganda yang ditujukan kepada mass audience. Untuk itu, setiap propaganda selalu ditujukan kepada out-group dan tidak in-group. Seperti contoh saat perang, Donovan Pedelty menyebutkan peranan utama propganda dalam perang bukannya hendak meyakinkan lawan bahwa mereka itu salah, akan tetapi untuk mempertahankan daya tempur mereka sendiri.          
Teori yang digunakan adalah S-M-C-R-E. Ini menjelaskan adanya sender, message, chanel, receiver, dan effect. Strategi dari teori ini adalah one-way (satu arah) yang menekankan pada E (effect). Kemudian, faktor yang menjadi dominan dari teori ini adalah sumber memiliki kekuatan secara penuh atas pesan. Dengan demikian, teori ini sebagai kritik atas teori yang menjelaskan tentang S-M-C-R (Bakti 2004, 39).
Dalam pandangan globalisasi, arus informasi internasional dianggap sebagai keniscayaan bukan hanya bagi negara berkembang namun juga bagi seluruh dunia dalam rangka mencapai pemahaman bersama. Diteorikan bahwa selama ini konflik-konflik di dunia terjadi karena banyaknya perbedaan pandangan antar kelompok sesuatu yang akan dapat diatasi bila terjadi komunikasi yang lebih baik.
Dengan demikian, kedua kubu pandangan ini melihat dominasi arus informasi oleh negara-negara maju bukan sebagai hal yang negatif. Bahkan mengingat negara maju adalah contoh negara yang berhasil dalam peradaban dunia saat ini, dominasi tersebut nampak sebagai sesuatu yang dibutuhkan bagi negara-negara berkembang.
Berbeda dengan kelompok teori modernisasi dan globalisasi yang cenderung memandang gencarnya arus informasi dari negara-negara maju sebagai sesuatu yang disyaratkan bagi pembangunan Dunia Ketiga dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dunia, kelompok teori imperialisme memandang arus informasi tersebut justru sebagai penyebab keterbelakangan negara berkembang dan timbulnya berbagai konflik alam masyarakat.
Dalam hal ini, komunikasi dipandang sebagai sarana pendidikan negara berkembang untuk menjadi bergantung pada negara-negara maju. Proses Eropanisasi atau Westernisasi yang oleh kubu modernisasi dipandang sebagai hal yang diperlukan agar masyarakat negara berkembang mengadopsi nilai-nilai yang dibutuhkan untuk mengikuti jejak negara Barat mencapai kemajuannya, dalam kubu imperialisme dipandang sebagai hal yang menjadikan masyarakat negara berkembang menjadi konsumen barang-barang produksi Barat yang sebenarnya tak dibutuhkan sesuai dengan perkembangan ekonomi mereka. Selain itu, penanaman nilai-nilai yang tercapai lewat komunikasi internasional itu juga dianggap menjadikan negara berkembang terutama elitnya senantiasa menganggap benar pola habungan antar negara maju dan negara berkembang yang sebenarnya bersifat eksploitatif.
Di luar teori imperialisme, berkembang pula keprihatinan lain yang terkait dengan visi nasionalistik, yang mempersoalkan perbedaan kontekstualitas budaya antara masyarakat produsen dan masyarakat konsumen, serta yang terkait dengan kekhawatiran bahwa negara berkembang menjadi sasaran disinformasi yang dilakukan negara maju.
Tidak dapat memandang atau menggunakan salah satu dari keempat pendekatan tersebut. Tidak ada sebuah prespektif yang memperoleh ‘perlakuan istimewa’ dibandingkan dengan yang lainnya. Masing-masing pendekatan memiliki kekuatan, kelebihannya sendiri-sendiri dan tidak dapat terpisahkan, dikarenakan tidak akan hanya terpaku pada salah satu perspektif saja (Armando 2007, 1.13).
Kemampuan masing-masing negara akan mempengaruhi perilaku komunikasi internasional satu negara dengan negara yang lain. Termasuk apakah pengaruh itu dilakukannya sendiri atau membutuhkan bantuan pihak lain, misalnya dalam bentuk aliansi.
Hal lain yang perlu dipahami adalah apakah perbedaan kekuatan dan bentuk negara akan berpengaruh kepada konsep persamaan kedaulatan. Kita bisa melihat kasus perang AS dan Afghanistan sekarang ini, dimana pengaruh yang dirasakan sangat diskriminatif. Bahkan untuk Indonesia sekalipun, dalam kasus bantuan untuk militer dan dukungan serangan AS. Dibuktikan dengan Dubes Gilbart yang mengintervensi kedaulautan dengan alasan ekonomi.
Komunikasi internasional sebagai sebuah bidang kajian memfokuskan perhatian pada keseluruhan proses melalui mana data dan informasi mengalir melalui batas-batas negara. Subyek yang ditelaah bukanlah sekedar arus itu sendiri, melainkan juga struktur arus yang terbentuk, aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, sarana yang digunakan, efek yang ditimbulkan, serta motivasi yang mendasarinya. Pendekatan yang digunakan bersifat makro, dengan aktor-aktor non-individual sebagai unit analisa, dan dekat dengan wilayah disiplin ilmu hubungan internasional atau ekonomi politik internasional.
Pendekatan ini memiliki peranan yang sangat penting dalam memperkuat kesatuan dan eksistensi sebuah negara. Dalam artian, posisi sebuah negara dalam kancah internasional sangat ditentukan oleh sejauh mana negara tersebut mampu melakukan sebuah pendekatan dalam komunikasi internasional dengan baik. Kebesaran suatu bangsa bergantung kepada kemampuan rakyat, masyarakat umum, dan massa untuk menemukan simbol dalam orang pilihan, karena orang pilihlah yang mampu membimbing massa. Elit terdapat lima macam tipe, yaitu: elit kelas menengah, elit dinasti, elit kolonial, kaum intelek revolusioner dan pemimpin-pemimpin nasional.


Kesimpulan :
Dalam perkembangannya, terdapat empat pendekatan dominan dalam disiplin komunikasi internasional: idealistic-humanistic, political proselytization, informasi sebagai kekuatan ekonomi, serta informasi sebagai kekuatan politik. Masing-masing pendekatan memiliki kekuatan dan kelebihannya sendiri-sendiri, sehingga mata kuliah ini tak akan menggunakan hanya salah satu pendekatan tersebut.
Dilihat dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dipandang sebagai terbagi antara official transaction, yakni kegiatan komunikasi yang dijalankan pemerintah, dan unofficial transaction (atau disebut juga interaksi transnational), yakni kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah. Untuk jangka waktu yang lama, transaksi formal antarpemerintah dianggap paling menentukan. Namun semakin banyak ditunjukkan bahwa tidak saja transaksi transnasional lebih intensif dilakukan, namun dampaknya pun bisa lebih menentukan.
Pemerintah, sebagai salah satu pelaku utama komunikasi internasional, menjalankan sejumlah langkah yang berpengaruh terhadap posisi negara yang diwakilinya dalam percaturan politik internasional. Pemerintah dapat menjalankan langkah-langkah yang berefek politik langsung, seperti: diplomasi dan propaganda; ataupun langkah yang berdampak tidak langsung, seperti: mempromosikan pendidikan internasional.
Perkembangan komunikasi internasional sendiri selama sepanjang abad 20 ini dipengaruhi oleh berbagai kondisi sejarah. Pertama, perang dingin dan perebutan hegemoni ekonomi politik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang baik secara langsung ataupun tidak langsung telah melibatkan seluruh negara di dunia ini. Dunia menjadi ajang bukan hanya pertarungan politik, melainkan juga pertarungan informasi. Kedua, bangkitnya negara-negara baru/berkembang yang bisa diindikasikan dengan lahirnya berbagai gerakan solidaritas, yang dalam wilayah komunikasi diwakili dengan lahirnya gerakan tata informasi dunia baru. Ketiga, terbentuknya sistem ekonomi dunia ke arah globalisasi, yang mendorong berlangsungnya komunikasi antarnegara untuk mendukung kepentingan ekonomi. Terakhir, adalah perkembangan teknologi komunikasi yang kendatipun mempercepat pengaliran arus informasi, namun juga dikhawatirkan memperlebar jurang ekonomi antara negara maju dan negara berkembang.
Peristiwa komunikasi internasional dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda-beda, dan dapat dilihat dari berbagai cara pandang yang berbeda-beda pula. Dalam melakukan kebijakan/aktifitas komunikasi internasional, baik dalam perspektif propagandistik, kulturalistik, jurnalistik, bisnis, maupun diplomatik, sebuah negara harus benar-benar mempertimbangkan segala aspek kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Baik yang dilakukan melalui jalur diplomasi maupun hubungan bilateral, ataupun sebagainya.
Komunikasi internasional sangat diperlu dewasa ini, dikarenakan globalisasi informasi  dan arus informasi yang tidak seimbang, sehingga sangat memungkinkan terjadinya konflik antar negara, oleh karena itu denga terjalinnya komunikasi internasional yang baik diharapkan terjadinya pertukaran informasi yang kondusif, sehingga meminimalisir terjadinya konflik antar negara.
Dalam komunikasi internasional kecenderungan interaksi lebih dipengaruhi oleh kebijaksanaan negara dalam memenuhi kepentingan negara tersebut. Bahkan wujud komunikasi antar bangsa lebih memicu kepada hubungan politik yang dikembangkan ke hubungan bidang-bidang lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar